Selasa, 11 September 2012

Moonlight Shadow - 1


Judul: Moonlight Shadow
Cast: Han Yuna / Takamina Rieko (u), Jung Daehyun, Kim Himchan, Han Sunhwa.
Author: Occie Candra
Other Cast: JYJ Kim Jaejoong, BAP member.
Genre: Love, Action, Gangster life, 17+



Moonlight Shadow – Part 1


Foreword:
We'll be together, but only under the moonlight shadow.



BUUUGHH!! Suara keras kepalan tangan mengenai tulang rahang terngiang diseluruh gang yang gelap malam itu. Suara nafas yang  berat mencari udara muncul setelah suara berdebam dari tubuh berdarah-darah itu jatuh di aspal yang dingin. Cowok yang masih berusaha mengatur nafasnya itu, merentangkan tangannya, meluruskan tangannya yang serasa sakit sehabis dipakai melayangkan beberapa pukulan. Dia mengulum bibirnya sendiri, dan menatap tajam pada orang-orang yang kesakitan tidak berdaya didepannya. Matanya seolah-olah men-scan semua wajah-wajah orang itu.

"Siapa mereka? Aku tidak pernah melihat mereka?", tanya cowok itu dengan suaranya yang kelewat bening dan bagus untuk ukuran preman seperti dia.

"Aku tidak tahu, hyung. Mereka tadi menyergap kami tiba-tiba", kata seorang cowok berambut coklat. Cowok pertama yang pertama menatapnya tajam, si cowok rambut coklat langsung menunduk karena takut.
"Kalian tidak tahu? dan kalian diserang begitu saja? Haah..", desah cowok pertama.
"Maafkan kami, hyung.. Kami seharusnya bisa menangani semuanya.."
"Cukup! Aku tidak ingin mendengar alasan kalian. Yang jelas anggota kita diserang, dan mereka cukup hebat. Yongjae, cari tahu siapa mereka. Sebagian dari kalian, singkirkan orang-orang ini jauh-jauh, dan sisanya, kembali ke markas", perintah si cowok pertama.
"Nee!!", jawab mereka serempak.
"Ah..Untuk kau, Yongjae, aku rasa, mereka bukan orang daerah kita. Kurasa mereka tidak akan sebodoh itu menyerang daerah kekuasaan kita. Hati-hati mencari informasinya", kata cowok pertama yang kelihatan kepala gank itu.
"Nee, Daehyun hyung", jawab cowok berambut pirang bernama Yongjae itu.

Ckckck.. mencari masalah dengan Jung Daehyun rupanya mereka. Aku akan temukan kalian, dan aku habisi kalian.
Sebuah seringai menyeramkan tergambar di wajah Daehyun yang tampan itu. Dia kemudian berjalan pergi diikuti beberapa pengikutnya yang kembali ke markas dengannya. Dia menatap langit sesaat, "Hmm.. Malam ini bulan sabit", gumamnya.

------------------------------------------------------------------

Haahhh…. Aku mengibas-ngibaskan tangan didepan wajah, sambil tangan satunya mengelap keringat yang menetes dari dahi.. “Astaga…”, keluhku. Panasnyaaa!!! Ini benar-benar matahari luar biasa banget yah, ga ada capeknya bersinar dengan riang dari tadi. Ga sadar apa cewek manis yang sedang jalan ini rasanya sudah mau pingsan. Hiirr... Udah kebayang ajah itu kamar adem dengan kipas angin, berbaring di lantai kayu yang dingin, dan orange juice dingin...

Aahh.. Kalau hari ini aku tidak ada kelas, tidak bakal deh aku ke kampus, huaah... Apartementku tersayang masih jauh... huweee... My poor feet... Omo, Han Yuna, bertahanlah.. Orange juice menunggu di apartement...  T__T

------------------------------------------------------------------

“Daammnn!!!”, aku membanting jas ke sofa di kamarku dan menendang kursi sekeras-kerasnya. Aku tidak peduli rasa sakit di ujung sepatu pantovelku yang hitam mengkilat. Aku sedikit terengah-engah sambil mengatur nafas, badanku serasa panas, rasanya uap mengepul dari kedua telingaku, wajahku sangat panas karena marah.

“Damn! Damn! Damn!!”, teriakku kencang sambil terus menendang-nendang kursi.

Aku mendengar suara pintu dibuka dan ditutup kembali dengan cepat dibelakangku. “Tuan Muda… Tolong..tolong tahan emosi anda…”, kata penasehatku, dengan nada memohon.

Aku berbalik dan memandangnya tajam, dia langsung mengalihkan pandangan. Aku melihat dia terus menunduk.

“Tuan muda… kalau anda tidak bisa mengendalikan emosi, Tuan besar akan makin memandang tidak baik kepada anda….”, katanya, suaranya agak gentar.

“Hah! Apa kau bilang?? APA KAU BILANG??!!”, kataku, emosi sambil meraih kerah kemeja penasehatku, dia hanya gemetar memandangku.
“Ampun, Tuan..ampun… saya…saya hanya…”
“Hanya apa??”, kataku, masih terus memandangnya tajam.
“Tuan muda…tolong..lepaskan tangan anda…”, pintanya, memelas.
“Haahhh”…aku mendesah panjang, aku lepaskan tanganku, dia sampai sempoyongan terlempar sedikit ke belakang. Aku memandangnya tajam.

“Kau tahu kan, apa yang sudah aku lakukan?? Kau tahu kan semua usahaku? Kau tahu kan semua jerih payahku selama ini???!!!”, kataku, membentaknya.
Dia hanya menunduk sambil terus gemetar, "Iya, Tuan muda….”
“Heh, tapi orang tua itu malah berencana memberikan perusahaan ini kepada orang sialan itu!!”, kataku, emosi.
“Tuan.. Tolong jangan panggil Hyung anda orang sialan…”, katanya.
“Ck! Diam kau!! Kau tahu sendiri kan?? Orang itu kerjaannya hanya minum-minum, main perempuan, tidak pernah berusaha serius bekerja!! Dia itu hanya benalu kurang ajar yang sangat ingin aku singkirkan!! Mentang-mentang Ayah sangat menyayanginya, dia bertingkah seenak jidatnya!! haahh!! Benar-benar ingin sekali aku membunuhnya!!!”, kataku, penuh emosi. Aku sudah tidak peduli lagi.

“Hah! Selama ini aku yang serius bekerja, berusaha sebaik mungkin agar dilihat oleh Ayah, aku berusaha mati2an melakukan hal yang susah dan terbukti aku mampu, tapi kenapa dia ingin memberikan perusahaan ini kepada orang bernama Jaejoong sialan itu!!!”, teriakku, meluapkan semua emosi.

Rasanya wajahku sudah terbakar, ingin sekali aku mengambil pistol dan menembak.. ani! Ingin sekali aku mengambil samurai di dinding kamarku ini dan membunuh orang bernama Jaejoong itu dengan sadis.. Damn…!!

Memangnya apa yang dilihat Ayah dari orang itu?? Hah?? Dia hanya laki-laki sok yang hobi menghabiskan uang, minum-minum, main perempuan.. ugh. Setiap hari aku yang bekerja mengurus perusahaan! Sial.. Apa Ayah tidak tahu bagaimana aku berusaha selama ini?? Hanya karena dia anak-anak laki-laki pertama?? Stop that bullshit!!

Tiba-tiba pintu terbuka, aku melihat dengan agak kaget ke arah pintu, dan sesosok laki-laki tinggi yang tampan dan memakai jas rapi, masuk dengan senyum menyunggingnya yang paling aku benci didunia ini.

“Ckckck.. sepertinya Channie sedang marah-marah…”, katanya, dengan nada santai, sambil mendekap tangannya didada.
“Hei, siapa yang kau panggil Channie??!”, kataku, emosi.
Dia tertawa kecil, “Sepertinya adik kecilku sudah marah sampai ubun-ubun….”, katanya, sambil berjalan mendekatiku.
Aku melihatnya tajam, dan dia melihatku tajam dengan wajahnya yang paling aku benci didunia ini.

“Paling tidak kau harus memanggilku Hyung. Dimana sopan santunmu?”, suaranya terdengar mengancam.
Tapi aku tidak takut. Aku membalasnya dingin, “Kau bukan Hyungku”.

“aah..ahahahah..”, dia tertawa kecil memperlihatkan deretan gigi putihnya. “Paling tidak ayah dan ibu kita sama, dan kita sama-sama tampan, Channie sayang…”, katanya, sambil membelai wajahku.

Bbbrr… Reaksinya membuatku otomatis mundur satu langkah dengan sekujur tubuh merinding saking ngerinya. Bisanya dia tersenyum seperti itu… Mengerikan!
“Jae…Jaejoong Hyung, ada urusan apa datang kemari??”, tanyaku.

“Ehemm”, dia berdeham, tangannya kemudian masuk ke dalam jas, dan mengeluarkan sebuah amplop coklat besar, dan menjatuhkannya di meja disamping kami.

Dia memandangku tajam, “Ambil pekerjaan itu, dan buktikan pada Ayah kalau kau bisa membuat dia bangga”, katanya, tajam.

Aku membelalakkan mataku, bilang apa dia tadi??!! Seketika tanganku mengepal dan siap melayang ke arah wajahnya, tapi tangannya dengan cepat menangkis dan mencengkeram pergelangan tanganku. Dia memandangku tajam,

“Kau, lakukan pekerjaan ini dengan bagus, dan ambil semua warisan perusahaan yang kau inginkan”, katanya, dingin.

“Mwo??! Apa yang barusan kau bilang?? Kau menantangku, Hyung??!!”, aku sudah emosi tingkat dewa dan memakinya tepat didepan wajahnya.

Dia tidak tinggal diam, tangannya yang bebas langsung menarik kerah kemejaku dan memandangku dengan tatapannya yang tajam menakutkan itu.

“Ya, aku menantangmu. Ambil pekerjaan itu dan buktikan kalau kau mampu mengalahkanku”, katanya, lalu melepaskan kerahku dan tanganku, sampai aku agak terdorong kebelakang.

Untuk sesaat kami saling berpandangan. Lalu dia tersenyum dingin, “Aku tunggu hasilnya, dan kau harus berhasil. Ini pekerjaan penting, Channie”, katanya, sambil merapikan jasnya, dan melangkah pergi dari kamarku.

“Cih!! Kurang ajar dia”, kataku, rasanya benar-benar muak dengannya. “Kang hyung, buka amplop itu”, kataku kepada penasehatku, sambil terduduk di sofa empuk dikamarku yang luas dan menghela nafas berat.
“Tuan muda.. Amplop ini tersegel…dengan segel dari Tuan Besar…”, katanya.
“He??”, aku kaget, langsung meraih amplop itu dari tangan penasehatku dan melihat sendiri. Haah.. tersegel tanda lilin merah, bersegel tanda keluarga kami.. Apa2an ini?? Dia mau mengejekku? Atau..

“Haah! HAHAHAHA!! Kim Jaejoong Sialan!!!”, kataku sambil tertawa keras dan menakutkan. Aku memandang amplop coklat itu dengan tatapan nanar dan sebal dan bercampur dengan kegembiraan yang aneh.

“Lagi-lagi dia memberikan pekerjaan padaku?? ckckck… awas kalau nanti malam aku tahu dia minum-minum di club lagi, akan aku seret dia dan kubuang di Han River..”, aku membuka segel dengan sedikit kasar. Kang hyung memandangku dengan tatapan was-was.

Aku merogoh isi amplop itu dan menemukan selembar kertas tebal berwarna putih dan berlabel TS.
“TS? Top Secret??”, gumamku. Diatasnya tertulis "Sakamoto Clan Secret Mission". Misi rahasia klan keluarga besarku?? Aku semakin curiga, aku yakin ini sesuatu yang besar!
Lalu aku mengeluarkan seluruh kertas putih tebal itu dengan buru-buru dan membaca judulnya pelan, “Code : TakaM???”, aku mengangkat alis. Apa ini??

---------------------------------------------------------

"Aaahhh~~~", desahku lega sambil tiduran di lantai kayu apartementku yang dingin. Kipas angin yang menyala membuat udara makin segar. Aku menyeruput orange juice dengan sedotan sambil tiduran. Haah.. Menyenangkan sekali...

Aku tersenyum. Memandang langit-langit putih apartementku yang sederhana itu. Pikiranku terlintas ke kenangan 1 tahun lalu, saat pertama kali aku pergi dari rumah dan memutuskan untuk tinggal sendiri dan meninggalkan semua hal dan rasa sakit yang sudah tidak mampu lagi aku tahan dan tahan. Untung keputusanku tepat, dan eomma-ku yang sudah bercerai dari appa, menyetujui keputusanku dan masih mensupport semua kebutuhanku. Tapi, aku tidak akan terus bergantung pada eomma.. Aku harus benar-benar berusaha sendiri dari sekarang.
Ngomong-ngomong, aku sudah beberapa hari tidak menelepon eomma di Jepang, telpon ah~~

-------------------------------------------------

"Hyung, aku datang", kata cowok berambut pirang didepanku sambil menunduk wajahnya pelan.
"Ah.. kau sudah datang, duduk, duduk... Oiya, Jongup, ambilkan minum, aku yakin disiang hari yang panas ini dia kehausan", kata Daehyun, sambil tersenyum.
"Ah..terimakasih, hyung", katanya, sambil duduk di sofa diseberangku.
Markas kami adalah sebuah rumah biasa, yang orang lihat sama seperti rumah orang-orang yang lain. Dan rumah kami berada di kawasan yang lumayan bagus. Dan rumah ini adalah daerah operasi rahasia kami.
"Apa informasi yang kau dapatkan?", tanyaku.
"Ehem. Orang-orang itu suruhan orang dari sebuah klan besar, Hyung", katanya, lalu terdiam.
"Klan besar? maksudmu? kenapa klan besar mau repot dengan gang kita yang masih kecil ini?", tanyaku, tidak sabar.
"Orang-orang itu suruhan klan besar dari Jepang, hyung", kata Yongjae, dengan tegas.
"Jepang??", tanyaku, makin heran.
"Iya, hyung. aku tidak begitu jelas, tapi yang jelas nama Klan itu adalah Klan Sakamoto. Dan......", dia terdiam.
Aku memandang Yongjae lebih dalam, "dan...."
"Mereka sedang mengemban sebuah misi...", dia sedikit gemetar dan memandangku dengan tatapan agak takut.
"Misi? haish, Yongjae, katakan saja...", kataku, sebal karena benar-benar ingin cepat-cepat tahu.

"A.. Aku mendapatkan kertas ini setelah salah satu dari mereka ketakutan....", dia menyerahkan sebuah amplop rapih dan aku membuka amplop itu segera, mengeluarkan sebuah kertas yang lecek dibeberapa bagian. Dan, mataku terbelalak seketika, mulutku menganga, dan jantungku berdebar hebat.

"Sakamoto Clan Secret Mission"

----- Code : TakaM -----

Aku langsung memasukkan kertas itu lagi, tanpa harus membaca apa isinya. Aku sudah tahu, aku... Damn! Kukira..mereka tidak akan pernah membuka kasus ini lagi! Damn.. Damn..!

Kenangan buruk 13 tahun lalu menyergapku tanpa aku minta. Gambaran kejadian mengerikan.. saat aku masih berusia 6 tahun. Aah!! Aku menutup mata, mencoba menghilangkan kenagan menyakitkan itu.
"Hyung...hyung...", panggil Yongjae, menyadarkanku.
"Ya..Yongjae-ah.."
"Apa yang akan kita lakukan, hyung?? Apa jangan-jangan, orang-orang suruhan itu mengeroyok kita karena tahu kalau... Hyung ada hubungan dengan kejadian 13 tahun lalu..."
"Diam!!", aku membentaknya. Dia kelihatan kaget. Ah... "Maafkan aku, Yongjae.. aku tidak bermaksud membentakmu, hanya saja.. aku kaget, kasus ini sudah ditutup, kenapa mereka mau membukanya lagi, dan mereka bahkan menyerang gangku??", kau coba berfikir.
Beberapa detik kemudian, sebuah ide paling gila memukul kepalaku. Aku terbelalak sambil melihat ke arah Yongjae yang sama-sama terbelalak, ku rasa, kita punya pikiran yang sama.
"Tidak mungkin... hal itu tidak akan pernah mungkin terjadi. Tidak.. impossible", gumamku, sambil terus menggeleng-gelengkan kepala.
"Ani...hyu-hyung... kemungkinan itu bisa saja terjadi.....", katanya, sambil menatapku horor.
"Tapi bagaimana mungkin??" Aku hanya bisa mengulum-ngulum bibirku. Ah... Jangan-jangan, mereka sudah menemukan salah satu dari 4 orang yang ada di rumah itu, pada kejadian 13 tahun lalu????



-to be continued-
terimakasih sudah baca yah chingu~ koment, saran dan kritik sangat diterima~ Terimakasih *bow bow bow*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar